BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada umumnya orang
Indonesia dapat berbahasa Indonesia untuk keperluan sehari-hari, dapat
menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat penghubungan. Kita tentu juga punya
kemampuan berbahasa Indonesia sebagai alat perhubungan; mampu membaca majalah
yang ditulis dalam bahasa Indonesia, dan mampu, misalnya menulis surat dalam
bahasa Indonesia. Kemampuan itu jelas beragam, ada yang mampu membaca hanya
dengan kata-kata, ada pula yang mampu membaca dengan menafsirkan serta
menyimpulkan isi bacaan, ada yang tidak teratur atau seenaknya, ada pula yang
mampu menulis dengan susunan kalimat yang teratur, pilihan kata yang baik dan
ejaan yang tertib.
Kemampuan berbahasa Indonesia itu tentunya dapat
ditingkatkan terus-menerus melalui kegiatan belajar dan berlatih menggunakan
bahasa Indonesia yang terus menerus pula. Sebagai warganegara yang baik, kita
seyogianya mempelajari seluk-beluk pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang
santun, sopan, dan yang tidak bercampur aduk dengan kata-kata asing atau dialek
(Efendi, 1995: 3). Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia dan
ejaan bahasa Indonesia yang resmi.
Pada dasarnya, ketika
berkomunikasi, manusia mengharpkan dapat melakukan komunikasi yang
sebaik-baiknya baik secara lisan maupun tertulis. Namun, seringkali sesuatu
yang baik yang menjadi idaman hamper setiap manusia itu tidak selalu terpenuhi
semuanya untuk sepanjang waktu. Ada kalanya apa yang diinginkan manusia
terpenuhi; ada kalanya harapan manusia tidak dapat terpenuhi. Dalam berbahasa
dapat terjadi hal yang demikian. Tanpa disengaja penutur mengucapkan suatu
kalimat yang salah. Seringpula tanpa disadari kekeliruan dalam mengucapkan
suatu kalimat. Kesalahan itu dapat membuat orang lain tidak dapat memahami
orang lain. Adapula kalimat yang diungkapkanya keliru, tetapi maknanya masih
dapat dipahami orang lain.
Bahasa Indonesia ragam tulis digunakan baik dalam
tulisan tidak resmi maupun dalam tulisan resmi. Dalam tulisan tidak resmi,
seperti surat dan catatan pribadi, penggunaan kalimat yang teratur dan lengkap
serta penggunaan ejaan yang cermat tidak selalu diperlukan. Akan tetapi, dalam
tulisan resmi, seperti buku pelajaran, surat dinas, dan laporan, penggunaan
kalimat yang teratur dan lengkap serta penggunaan ejaan yang cermat diperlukan.
Keteraturan dan kelengkapan kalimat serta ejaan dalam sebuah tulisan dapat
mengungkapkan gagasan atau pikiran yang jelas (Efendi, 1995: 10). Kejelasan
gagasan dalam sebuah tulisan akan memudahkan pembaca memahami tulisan itu.
Tekanan, nada, jeda,
atau lagu yang nenudahkan pemahaman bahasa ragam lisan tidak dituliskan secara
lengkap dalam bahasa ragam tulis. Oleh karena itu, dalam memahami sebuah
tulisan, pembaca bertumpu pada keteraturan serta kelengkapan kalimat dan
kecermatan ejaan dalam tulisan itu.
Dari
latar belakang di atas maka penulis berniat memaparkan kesalahan dalan ejaan
terutama dalam tanda baca, yang tidak dituliskan secara lengkap dalam bahasa
lisan.
1.2
Masalah
Masalah yang akan
dibahsaa dalam makalah ini adalah sebagai berikut: bagaimana definisi analisis
kelasahan bahasa tulis?, Apa saja jenis kesalahan penggunaan tanda baca koma?,
Bagaimana jenis-jenis tanda baca koma.
1.3 Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam makalah ini adalah
sebagai berikut: Mendeskripsikan definisi analisis kelasahan bahasa tulis,
Mengidentifikasi jenis kesalahan penggunaan tanda baca koma, Mendeskripsikan
jenis-jenis tanda baca.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam makalah ini adalah manfaat
teoritis dan manfaat paktis.
BAB 11
KAJIAN TEORI
2.1
Hakikat Kesalahan Berbahasa
Menurut Crystal (dalam Pateda 1989: 32), analisis kesalahan
berbahasa adalah suatu teknik untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi,
menginterpretasi secara sistemik kesalahan-kesalahan yang dilaksanakan peserta
didik yang sedang mempelajari bahasa atau bahasa kedua dengan menggunakan teori
dan prosedur linguistik. Dalam kaiatanya dengan kesalahan linguistik dibedakan
antara istilah kesalahan berbahasa (error) dengan kekeliruan
berbahasa (mistakes). Kesalahan berbahasa adalah penyimpangan bersifat
sistemik, konsisten, dan menggambarkan kemampuan peserta didik pada tahap
tertentu yang biasanya belum sempurna. Kesalahan berbahasa berada pada wilayah
kompetensi atau wilayah pengetahuan (Markhamah, 2011: 54).
Ruang lingkup analisis kesalahan berbahasa sebenarnya
tidak jauh berbeda dengan ilmu yang digunakan sebagai dasar analisis berbahasa,
yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Jadi ruang lingkup analisis
kesalahan berbahasa adalah pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantik. Objek analisis kesalahan berbahasa tidak berbeda dengan objek
linguistik. Artinya yang dijadikan objek analisis kesalahan berbahasa adalah
secara umum pemakaian bahasa yang dilakukan oleh peserta didik. Namun bukan
semua jenis pemakaian bahasa menjadi objek analisis kesalahan berbahasa,
melainkan hanya pemakaian bahasa yang bersifat formal atau resmi, antara lain
pemakaian bahasa tulis pada laporan penelitian, karya ilmiah (skripsi, tesisi,
disertasi, dan makalah), laporan kegiatan (seperti kegiatan workshop,
lokakarya, seminar, praktik kerja lapangan, dan lain-lain).
Di samping pemakaian bahasa tulis formal, pemakaian
bahasa lisan formal menjadi objek analisis kesalahan berbahasa. Objek itu
berdasarkan bidangnya dapat dikelompokkan sebagaimana bidang linguistik.
Artinya, ada objek analisis berbahasa pada tataran fonologi, objek analisis
kesalahan bidang morfologi, sintaksis, dan semantik.
Kesalahan
Penggunaan Tanda Baca
1. Tanda titik (.)
a.
Tanda titik dipakai pada akhir
kalimat yang bukan seruan atau pertanyaan.
b. Tanda titik dipakai di belakang
angka atau huruf dalam suatu bagab, ikhtisar atau daftar.
c.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan
angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
d.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan
angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
e.
Tanda titik dipakai di antara nama
penulis, judul tulisan yang berakhir dengan tanda Tanya dan tanda seru, dan
tempat terbit dalam daftar pustaka.
f.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan
bilangan ribuan atau kelipatanya.
g.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan
bilangan ribuan atau kelipatanya yang menunjukkan jumlah.
h.
Tanda titik dipakai pada akhir judul
yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
2.
Tanda koma (,)
a. Tanda koma dipakai di antara
unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan
kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh
kata seperti, tetapi / melainkan.
c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan
anak kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimat.
d.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan
anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi iinduk
kalimat.
e.
Tanda koma dipakai di belakang kata
atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimatt.
Termasuk di dalamnya oleh, karena itu, jadi, lagi, pula, meskipun begitu,
akan tetapi.
f.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan
kata seperti o, ya, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di
dalam kalimat.
g.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan
petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
h.
Tanda koma dipakai di antar nama
alamat, bagian-bagian kalimat, tempat dan taggal, dan nama tempat dan
wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
i.
Tanda koma dipakai untuk menceraikan
bagian nama yang dibalik susunannnya dalam daftar pustaka.
j. Tanda koma dipakai di antara
bagian-bagian dalam catatan kaki.
k.
Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik
yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
l.
Tanda koma dipakai di muka angka
persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
m. Tanda koma dipakai untuk mengapit
keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
n.
Tanda koma dapat dipakai—untuk
menghindari salah baaca—di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
o.
Tanda koma tidak dipakai
untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang megiringinya dalam
kalimat jika petikan itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
3.
Tanda titik koma (;)
a.
Tanda titik koma dapat dipakai untuk
memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
b.
Tanda titik koma dipakai sebagai
penggganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam
kalimat majemuk.
4.
Tanda titik dua (:)
a.
Tanda titik dua dapat dipakai pada
akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
b.
Tanda titik koma tidak dapat
dipakai jikka rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri
pernyataan.
c.
Tanda titik dua dipakai sesudah kata
atau ungkapan yang memerlukan pemerian
d.
Tanda titik dua dapat dipakai dalam
teks drama kata yang menunnjukkan pelaku dalam percakapan.
e.
Tanda titik dua dipakai (i) di
antarra jilid atau nommor dann halaman, (ii) di antara bab dan ayat judul dalam
kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv)
nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
5.
Tanda hubung (-)
a.
Tanda hubung menyambungkan suku-suku
kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
b.
Tanda hubung menyambung awalan
dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya
pada pergantian baris.
c.
Tanda hubung menyambung unsure-unsur
kata ulang.
d.
Tanda hubung menyambung huruf kata
yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
e.
Tand ahubung boleh dipakai untuk
memperjelash (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii)
penghilangan bagian kelompok kata
f.
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan
(i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf capital, (ii) ke-
dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv) singkatan berhuruf capital dengan
imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
g.
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan
unsure bahasa Indonesia dengan unsure bahasa asing
6.
Tanda pisah (—)
a.
Tanda pisah membatasi penyisipan
kata atau kalimat yang member penjelasan di luar bangun kalimat.
b.
Tanda pisah menegaskan adanya
keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih
jelas.
c.
Tanda pisah dipaka di antara dua
bilangan atau tanggal dengan arti “sampai ke “ atau “ sampai dengan”
7.
Tanda ellipsis (…)
a.
Tanda ellipsis dipakai dalam kalimat
yang terputus—putus
b.
Tanda eipsis menunjukkan bahwa dalam
suatu kalimat atau naskah ada bagia yang dihilangkan.
8.
Tanda Tanya (?)
a.
Tanda tanya dipakai pada akhir
kalimat tanya.
b.
Tanda tanya dipaki dalam tanda
kurung untuk menyatakann bagian kliamat yang disangsikan atau yang kurang dapat
dibuktikan kebenaranya.
9.
Tanda seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah pernyataan atau ungkapan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi
yang kuat.
10. Tanda kurung ((…))
a. Tanda kurung mengapit tambahan atau
penjelasan.
b.
Tanda kurung mengapit keterangan
atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
c.
Tanda kurung mengapit huruf atau
kata yang kehadiranya di dalam teks dapat di hilangkan.
d.
Tanda kurung mengapit angka atau
huruf yang merinci satu urutan keterangan.
11. Tanda kurung siku ([ … ])
a.
Tanda kurung siku mengapit huruf,
kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian
kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakann bahwa kesalahan atau
kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
b.
Tanda kurung siku mengapit
keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
12.
Tanda petik (“…”)
a.
Tanda petik mengapit petikan
langsung yang berasal dari pembiacaran dan naskah atau bahan tertulis lain
b.
Tanda petik mengapit judl syair,
karangan atau bab buku yang dipakai dalam kalimat
c.
Tand apetik mengapit istilah ilmiah
yang kuranggf dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus
d.
Tanda petik penutup mengikuti tand
aaca yang mengakhiri petikan langsung
e.
Tanda baca penutup kalimat atau
bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mebbgapit kata
atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian
kalimat
13. Tanda petik tunggal (‘…’)
a.
Tanda petik tunggal mengapit petikan
tanda petik tunggal mengapit petikan tunggal mengapit petikan yang tersusun di
dalam oetikan lain
b.
Tanda petik tunggal mengapit makna,
terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing
14. Tanda garis miring ( / )
a.
Tanda garis miring dipakai di dalam
nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi
dalam dua tahun takwim.
b.
Tanda garis miring dipakai sebagai
pengganti kata atau dan tiap
15. Tanda penyingkat (‘)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun.
BAB 1V
PENUTUP
1.4.
Simpulan
Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu teknik untuk
mengidentifikasi, mengklasifikasi, menginterpretasi secara sistemik
kesalahan-kesalahan yang dilaksanakan peserta didik yang sedang mempelajari
bahasa atau bahasa kedua dengan menggunakan teori dan prosedur linguistik.
Ruang lingkup
analisis kesalahan berbahasa sebenarnya tidak jauh berbeda dengan ilmu yang
digunakan sebagai dasar analisis berbahasa, yaitu fonologi, morfologi,
sintaksis, dan semantik. Jadi ruang lingkup analisis kesalahan berbahasa adalah
pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Objek analisis
kesalahan berbahasa tidak berbeda dengan objek linguistik.
Artinya yang dijadikan objek analisis kesalahan
berbahasa adalah secara umum pemakaian bahasa yang dilakukan oleh peserta
didik. Namun bukan semua jenis pemakaian bahasa menjadi objek analisis
kesalahan berbahasa, melainkan hanya pemakaian bahasa yang bersifat formal atau
resmi, antara lain pemakaian bahasa tulis pada laporan penelitian, karya ilmiah
(skripsi, tesisi, disertasi, dan makalah), laporan kegiatan (seperti kegiatan workshop,
lokakarya, seminar, praktik kerja lapangan, dan lain-lain).
Jenis kesalahan
berbahasa dalam bidang tanda baca meliputi: Tanda titik (.), Tanda koma (,),
Tanda titik koma (;), Tanda titik dua (:), Tanda hubung (-), Tanda
pisah (—), Tanda ellipsis (…), Tanda Tanya (?), Tanda seru (!), Tanda
kurung ((…)), Tanda kurung siku ([ … ]), Tanda petik (“…”), Tanda petik tunggal
(‘…’), Tanda garis miring ( / ), Tanda penyingkat (‘)
DAFTAR PUSTAKA
Markhamah, Atiqa Sabardilah. 2010.
Analisis Kesalahan dan Karakteristik Bentuk Pasif. Surakarta: Jagad Abjad.
Alwi, Hasan, dan kawan-kawan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia: edisi ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka.
Pedoman Baku Ejaan yang Disempurnakan. 2010. Yogyakarta: Pustaka
Widyatama.
DAFTAR ISI
BAB 1
1.1
Latar Belakang …………………………………………………………………………………….
1
1.2
Tujuan
……………………………………………………………………………………………… 1
1.3
Manfaat ……………………………………………………………………………………………… 2
1.4
Masalah
…………………………………………………………………………………………….. 3
Tugas
ANALISIS
KESALAHAN TANDA BACA KOMA DALAM SKRIPSI
KEMAMPUAN
MENULIS SURAT PRIBADI SISWA KELAS V11 SMP 5
KENDARI TAHUN 2011 OLEH ROSNIA
OLEH
DASRUN A1 D3 09 112
PROGARAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
HALUOLEO
KENDARI
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar